ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS
DHF / DBD
( DEMAM
BERDARAH DENGUE )
DISUSUN
OLEH :
1.
CHICHIK RETNO PUTRI (
04.016 )
2.
NI’MATUS SA’DIYAH (
04.057 )
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN
LAMONGAN
2005 / 2006
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
KASUS DHF / DBD
(
DEMAM BERDARAH DENGUE )
A. Pengertian
1.
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
2.
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat
yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
3.
Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan
perut.
(Ngastiyah, 1997 : 342)
4.
Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang terdapat pada
awal anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I)
B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak
ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ø
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya
hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat
hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari,
jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti
betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat.
C. Patofisiologi
·
Virus dengue
akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma mealui endotel dinding itu.
·
Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi
(protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.
· Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
·
Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan hematran.
|
Infeksi Virus Dengue
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
||||
Demam anoreksi
|
|
Komplek virus – antibodi
|
|
Depresi sumsum
|
||||
muntah
|
|
¯
|
|
tulang
|
||||
¯
|
|
Aktivasi komplemen
|
|
¯
|
||||
Dehidrasi
|
|
¯
|
|
Perdarahan,
|
||||
|
|
Anti histamin dilepaskan
|
|
trombositopenia
|
||||
|
|
¯
|
|
|
||||
|
Permeabilitas membran
meningkat
|
|
||||||
|
|
¯
|
|
|
||||
|
|
Kebocoran plasma
|
|
|
||||
|
|
¯
|
|
|
||||
|
|
Hipovolemia
|
|
|
||||
|
|
¯
|
|
|
||||
|
Renjatan hipovolemi,
hipotensi
|
|
||||||
|
|
¯
|
|
|
||||
|
|
Asidosis metabolik
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
||||
Vektor aedes aegypti
|
|
Komplek antibodi virus
|
||||||
¯
|
|
|
|
|
||||
Virus yang masuk
|
|
Aktivitas komplemen
|
Depresi sumsum tulang
|
|||||
melalui kulit yang
|
|
¯
|
|
¯
|
||||
tergigit nyamuk
|
Histamin dilepaskan oleh C3a
C5a
|
Trombosit
|
||||||
¯
|
|
¯
|
|
kehilangan fungsi
|
||||
Viremia
|
|
Peningkatan permeabilitas
|
|
agregasinya dan
|
||||
¯
|
|
PO (Plasma leakage)
|
|
mengalami
|
||||
Stimulasi sel
|
|
¯
|
|
metabolisme
|
||||
makrotag DMN
|
|
Plasma ke ekstravaskuler
|
|
¯
|
||||
untuk produksi
|
|
¯
|
|
Dimusnakan oleh
|
||||
pirogen endogen
|
|
Volume plasma turun
|
|
sistem RE
|
||||
¯
|
|
¯
|
|
¯
|
||||
Masuk hipotalamus
|
|
Hematokrit meningkat
|
|
Trombositopenia
|
||||
¯
|
|
¯
|
|
¯
|
||||
Mengacaukan
|
|
Aliran darah ke jantung
|
|
Perdarahan
|
||||
termoregulasi
|
|
¯
|
|
¯
|
||||
¯
|
|
PERUBAHAN PERFUSI
|
|
Hepatumegali
|
||||
Hiperpireksia
|
|
JARINGAN PERIFER
|
|
¯
|
||||
¯
|
|
|
Peregangan kapsul hati
|
|||||
PENINGKATAN
|
|
Hipoksia jaringan
|
|
|
||||
SUHU TUBUH
|
|
|
|
|
||||
(HIPERTERMI)
|
Mobilitas usus
|
Metabolisme
|
|
|
||||
|
lambat
|
selan aerob
|
|
|
||||
|
¯
|
¯
|
|
|
||||
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN
|
Mual
muntah
|
Penimbunan
|
|
|
||||
¯
|
Asam laktat
|
|
|
|||||
Dehidrasi
|
¯
|
|
|
|||||
|
¯
|
Keletihan,
|
|
|
||||
|
KEKURANGAN
VOLUME
CAIRAN
|
Malaise, nyeri
|
|
|
||||
|
otot, sendi,
|
|
|
|||||
|
nyeri kepala
|
|
NYAMAN (NYERI)
|
|||||
|
|
|
|
|||||
D. Gambaran Klinis
Infeksi
virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai
syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah
dengue.
·
Fase pertama
yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah, nyeri kepala,
anoreksia, dan batuk.
·
Pada fase kedua
ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka
merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali
ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak,
dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam
makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling
mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan
kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi
costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut
patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya
gejala klinik sebagai berikut :
1.
Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
(tanpa sebab jelas).
2.
Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji
turnikel positif dari adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya
positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3.
Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan
sakit).
4.
Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan
nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah,
timbul sianosis disekitar mulut.
E. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
·
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau
perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
·
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit
dan atau perdarahan lain.
·
Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah,
hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
·
Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
F. Pemeriksaan Diagnostik
·
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit
meningkat 20% atau lebih) trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
·
Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition
test).
·
Rongten thorax : effusi pleuro.
G. Penatalaksanaan Terapeutik
·
Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh,
gula atau susu.
·
Antipiretik jika terdapat demam.
·
Antikonvulsan jika terdapat kejang.
·
Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika
pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
H. Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a.
Teknik
-
Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol
dan diastolnya.
-
Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi
dua.
-
Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan
tekanan air raksopel tensimeter.
-
Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi
lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit.
-
Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
-
Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak
didaerah voles lengan bawah.
b.
Kriteria :
Å bila jumlah petekil > 20
± bila jumlah petekil 10 - 20
⊝ bila jumlah petekil 10
2.
Perdarahan spontan
a.
Petekil/ ekimosis
b.
Perdarahan gusi
c.
Epistakeis
d.
Hematomesis/ melera
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1.1
Biodata / Identitas
DHF
dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15 tahun.
Endemik didaerah Asia tropik.
1.2
Keluhan Utama
Panas / demam.
1.3
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota
badan, punggung, sendi, kepala dan
perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau
diare.
1.4
Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
diderita dahulu.
1.5
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawah oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada
yang menderita penyakit ini kemungkinan
tertular itu besar.
1.6
Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas
and ban bekas.
1.7
Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
1.8
ADL
1.
Nutrisi :
Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2.
Aktifitas :
Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi nyeri otot dan
sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
3.
Istirahat tidur :
Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4.
Eliminasi alvi :
Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5.
Personal hygiene: Pegal-pegal
pada seluruh tubuh saat panas dapat meningkatkan
ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
1.9
Pemeriksaan
1.
Keadaan umum :
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat
dan lemah.
2.
Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3.
Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor (kadang).
4.
Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering
berat.
5.
Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe
pada keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
6.
Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/
konstipasi.
7.
Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin,
sianosis.
1.10
Pemeriksaan
Penunjang
2.
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat
20% atau lebih) trombositopeni (100.000 /mm3 atau kurang).
3.
Serotogi : uji HI (Hemoaglutination Inhibition Test).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan
dengan proses infeksi virus.
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
3.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4.
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
5.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
6.
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang
memburuk dan perdarahan yang dialammi pasien.
3. PERENCANAAN
A. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kegawatan
masalah.
B.
Tujuan, Kriteria hasil : Rencana tindakan dan Rasional
Rencana Tindakan
1.
Dx I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi
virus.
Tujuan: Anak menunjukkan suhu
tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a.
Suhu tubuh 36-37 0C
b.
Pasien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a.
Monitor temperatur tubuh
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada
proses infeksi akut.
b.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi,
pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
c.
Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam
24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.
d.
Berikan kompres dingin
Rasional : Menurunkan panas lewat konduksi.
e.
Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2.
Dx II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a.
TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
b.
Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
c.
Ubun-ubun datar.
d.
Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
e.
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Rencana tindakan :
a.
Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
b.
Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi
menurun akral dingin, kesadaran menurun, gelisah)
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin
sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
c.
Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun,
ubun-ubun cekung produksi urin turun).
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit
turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
d.
Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan cairan sangat diperhatikan untuk
menambah volume cairan tubuh.
e.
Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5%
dalam half strenght NaCl 0,9%, Dextran L 40.
Rasional : Pemberian cairan ini sangat penting bagi
pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk
karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.
3.
Dx III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia.
Tujuan :
Kriteria hasil :
a.
Adanya minat/ selera makan.
b.
Porsi makansesuai kebutuhan.
c.
BB dipertahankan sesuai usia.
d.
BB meningkat sesuai usia.
Rencana tindakan :
a.
Monitor intake makanan
Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi
kualitas konsumsi makanan.
b.
Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c.
Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan
dalam suasana yang menyenangkan.
Rasional : Meningkatkan selera makan sehingga
meningkatkan intake makanan.
d.
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan dalam porsi besar/ banyak lebih
sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
e.
Timbang BB setiap hari.
Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas
intervensi nutrisi yang diberikan.
f.
Konsul ke ahli gizi.
Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan diet
dan merencanakan pertemuan secara individual bila diperlukan.
4.
Dx IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi
jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a.
Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah
muda.
b.
Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
c.
CRT kembali dalam 1 detik.
Rencana tindakan :
a.
Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan
frekuensi nadi, tensi, capilary reffil).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
b.
Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu
kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas
menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat.
c.
Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas
seperti dingin, nyeri, pembengkakan, kaki.
Rasional : Mengetahui tanda kematian jaringan
ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian jaringan.
5.
Dx V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise
sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria
nyeri berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a.
Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi
rentang nyeri (0-10).
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien
sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
b.
Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien
terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut
maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c.
Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan
yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang
dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
d.
Berikan suasana
gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan
mainan, membaca buku cerita.
Rasional : Dengan
melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri.
e.
Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6.
Dx VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria :
a.
Klien tampak lebih tenang.
b.
Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
Rencana tindakan :
a.
Kaji rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
Rasional : Membantu menenangkan perasaan pasien.
c.
Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan
pada pasien memberikan hasil yang efektif.
d.
Jaga hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara
perawat dengan pasien/ keluarga.
e.
Jawab pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan
benar.
Rasional : Jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan
kepercayaan pasien pada perawat.
4. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan
rencana askep pada anak dengan DBD/ DHF.
1.
Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2.
Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3.
Mempertahankan kebutuhan nut risi.
4.
Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap
adekuat.
5.
Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6.
Mengurangi kecemasan klien.
5. EVALUASI
1.
Mengukur pencapaian tujuan.
2.
Membandingkan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi
I, Penerbit PT. Fajar
Interpratama : Jakarta.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar