Minggu, 12 Agustus 2012

ASKEP DHF


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS DHF / DBD
( DEMAM BERDARAH DENGUE )


 









DISUSUN OLEH :
1.    CHICHIK RETNO PUTRI       ( 04.016 )
2.    NI’MATUS SA’DIYAH           ( 04.057 )

 


AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN

LAMONGAN
2005 / 2006

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS DHF / DBD
( DEMAM BERDARAH DENGUE )

A.    Pengertian

1.      Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
2.      Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
3.      Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut.
(Ngastiyah, 1997 : 342)
4.      Demam Berdarah Dengue ialah penyakit yang terdapat pada awal anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I)

B.     Etiologi

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ø  Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

C.    Patofisiologi

·         Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.

·         Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

·         Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

·         Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan hematran.









Infeksi Virus Dengue





Demam anoreksi

Komplek virus – antibodi

Depresi sumsum
muntah

¯

tulang
¯

Aktivasi komplemen

¯
Dehidrasi

¯

Perdarahan,


Anti histamin dilepaskan

trombositopenia


¯



Permeabilitas membran meningkat



¯




Kebocoran plasma




¯




Hipovolemia




¯



Renjatan hipovolemi, hipotensi



¯




Asidosis metabolik







Vektor aedes aegypti
Komplek antibodi virus
¯



Virus yang masuk

Aktivitas komplemen
Depresi sumsum tulang
melalui kulit yang

¯

¯
tergigit nyamuk
Histamin dilepaskan oleh C3a C5a
Trombosit
¯

¯

kehilangan fungsi
Viremia

Peningkatan permeabilitas

agregasinya dan
¯

PO (Plasma leakage)

mengalami
Stimulasi sel

¯

metabolisme
makrotag DMN

Plasma ke ekstravaskuler

¯
untuk produksi

¯

Dimusnakan oleh
pirogen endogen
Volume plasma turun

sistem RE
¯

¯

¯
Masuk hipotalamus

Hematokrit meningkat

Trombositopenia
¯

¯

¯
Mengacaukan
Aliran darah ke jantung

Perdarahan
termoregulasi

¯

¯
¯

PERUBAHAN PERFUSI

Hepatumegali
Hiperpireksia

JARINGAN PERIFER

¯
¯


    Peregangan kapsul hati
PENINGKATAN

Hipoksia jaringan

SUHU TUBUH



(HIPERTERMI)
Mobilitas usus
Metabolisme



lambat
selan aerob



¯
¯


NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
  Mual muntah
Penimbunan


  ¯
Asam laktat


  Dehidrasi
¯



¯
Keletihan,



KEKURANGAN
VOLUME
CAIRAN
Malaise, nyeri



otot, sendi,



nyeri kepala

NYAMAN (NYERI)





D.    Gambaran Klinis

Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.

·         Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.

·         Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi  lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.

Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :

1.      Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2.      Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3.      Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4.      Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

E.     Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)

·         Derajat I    :  Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
·         Derajat II  :  Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
·         Derajat III :  Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
·         Derajat IV :  Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

F.     Pemeriksaan Diagnostik

·         Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih) trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
·         Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
·         Rongten thorax : effusi pleuro.

G.    Penatalaksanaan Terapeutik

·         Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
·         Antipiretik jika terdapat demam.
·         Antikonvulsan jika terdapat kejang.
·         Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

H.    Tanda-Tanda Perdarahan

1.      Karena manipulasi

Rumpel leed test
a.       Teknik
-        Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
-        Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
-        Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel tensimeter.
-        Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit.
-        Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
-        Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak didaerah voles lengan bawah.
b.      Kriteria :
Å   bila jumlah petekil > 20
±    bila jumlah petekil 10 - 20
   bila jumlah petekil 10
2.      Perdarahan spontan
a.       Petekil/ ekimosis
b.      Perdarahan gusi
c.       Epistakeis
d.      Hematomesis/ melera

ASUHAN KEPERAWATAN


1.      PENGKAJIAN

1.1       Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.

1.2       Keluhan Utama
Panas / demam.

1.3       Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan  lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,  kepala dan perut, nyeri ulu hati,  konstipasi atau diare.

1.4       Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.

1.5       Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawah oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang menderita penyakit ini  kemungkinan tertular itu besar.

1.6       Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.

1.7       Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
1.8       ADL
1.      Nutrisi                   : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2.      Aktifitas                : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
3.      Istirahat tidur        : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4.      Eliminasi alvi         : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5.      Personal hygiene: Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

1.9       Pemeriksaan
1.     Keadaan umum  : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan lemah.
2.      Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3.      Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4.      Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5.     Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
6.      Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
7.      Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.

1.10   Pemeriksaan Penunjang

2.      Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih) trombositopeni (100.000 /mm3 atau kurang).
3.      Serotogi : uji HI (Hemoaglutination Inhibition Test).








2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan  proses infeksi virus.

2.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
5.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.
6.      Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialammi pasien.

3.      PERENCANAAN

A.    Prioritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan kegawatan masalah.
B.     Tujuan, Kriteria hasil : Rencana tindakan dan Rasional Rencana Tindakan
1.      Dx I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan: Anak menunjukkan  suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a.       Suhu tubuh 36-37 0C
b.      Pasien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a.       Monitor temperatur tubuh
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
b.      Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

c.       Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.
d.      Berikan kompres dingin
Rasional : Menurunkan panas lewat konduksi.
e.       Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2.      Dx II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a.       TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
b.      Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
c.       Ubun-ubun datar.
d.      Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
e.       Tidak terjadi syok hipovolemik.
Rencana tindakan :
a.       Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
b.      Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral dingin, kesadaran menurun, gelisah)
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
c.       Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).

d.      Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.
e.       Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght NaCl 0,9%, Dextran L 40.
Rasional : Pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.
3.      Dx III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan :
Kriteria hasil :
a.       Adanya minat/ selera makan.
b.      Porsi makansesuai kebutuhan.
c.       BB dipertahankan sesuai usia.
d.      BB meningkat sesuai usia.
Rencana tindakan :
a.       Monitor intake makanan
Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan.
b.      Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c.       Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan.
Rasional : Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan.
d.      Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
e.       Timbang BB setiap hari.
Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan.
f.       Konsul ke ahli gizi.
Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara individual bila diperlukan.
4.      Dx IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a.       Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda.
b.      Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
c.       CRT kembali dalam 1 detik.
Rencana tindakan :
a.       Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary reffil).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
b.      Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat.
c.       Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan, kaki.
Rasional : Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian jaringan.
5.      Dx V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a.       Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri  (0-10).
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
b.      Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c.       Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
d.      Berikan suasana  gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan mainan, membaca buku cerita.
Rasional : Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.
e.       Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6.      Dx VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria :
a.       Klien tampak lebih tenang.
b.      Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
Rencana tindakan :
a.       Kaji rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b.      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Membantu menenangkan perasaan pasien.


c.       Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
d.      Jaga hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/ keluarga.
e.       Jawab pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan benar.
Rasional : Jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien pada perawat.

4.      PELAKSANAAN

Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana askep pada anak dengan DBD/ DHF.

1.      Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2.      Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3.      Mempertahankan kebutuhan nut risi.
4.      Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap adekuat.
5.      Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6.      Mengurangi kecemasan klien.

5.      EVALUASI

1.      Mengukur pencapaian tujuan.
2.      Membandingkan tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit          PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar